Pages

Tuesday, March 28, 2017

Makalah Tentang Wayang Wong

PENDAHULUAN
Hasil gambar untuk Makalah Tentang Wayang Wong
Di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah terdapat berbagai macam jenis kesenian tradisional kerakyatan yang tersebar di seluruh pelosok daerah.
  Semuanya mempunyai corak dan ciri yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan sosial budaya daerahnya.  Jenis-jenis kesenian tradisional tersebut diantaranya adalah Wayang Orang. Pertunjukan Wayang Orang ini pada awalnya dipentaskan dengan cara “mbarang” oleh kelompok-kelompok wayang orang yang ada pada saat itu.Wayang Orang adalah suatu drama tari berdialog prosa yang ceritanya mengambil dari epos Ramayana dan Mahabarata.  Konsep dasar wayang orang mengacu pada wayang purwa (wayang kulit). Oleh karena itu wayang orang merupakan personifikasi wayang kulit. Wayang Orang merupakan sebuah genre yang dihidangkan ke dalam drama tari tradisional. Yang dimaksud dengan genre adalah jenis penyajian yang memiliki karakteristik struktur, sehingga secara audio visual dapat dibedakan dengan bentuk pertunjukan yang lain.

Kesenian Wayang Orang memuat tentang ajaran-ajaran hidup.  Oleh karena itu kesenian Wayang Orang merupakan tontonan dan sekaligus tuntunan hidup bagi masyarakat Jawa, yang relevan dengan perkembangan jaman.Bila ditelusuri tentang asal-usulnya, kesenian Wayang Orang sudah ada pada masa Jawa Kuna, sekitar tahun 930,  dan dikenal dengan nama “Wayang Wong” seperti yang tercantum dalam prasasti Wimalasrama. Kelompok Wayang Orang yang ada di Jawa Tengah antara lain adalah Kelompok Wayang Orang Sriwedari yang terletak di kota Solo (Surakarta) dan Ngesti Pendowo di Semarang.Menilik dari sejarah seni pertunjukan budaya Jawa, mayoritas dipengaruhi oleh kisah Mahabharata dan Ramayana dari India yang telah berbaur dengan budaya lokal. Tetapi dari kedua sumber budaya ini, Mahabharatalah yang menjadi runutan hampir mayoritas seni pertunjukan Jawa seperti wayang purwa, wayang orang dan lain sebaginya.

Mahabhrata memiliki inti cerita seputar konflik antara Pandawa dan Kurawa mengenai sengketa pemerintahan Negara Astina yang puncaknya terjadi pada perang Bharatayudha. Mahabharata mulai populer di Jawa sekitar abad 10 masehi pada masa pemerintahan Dharmawangsa Teguh ( 991-1016 M) dari Kediri. Lalu berkembang semakin populer dalam bentuk Kakawin atau bentuk puisi lawas dengan metrum India berbahasa Jawa kuno. Pencipta kakawin yang paling terkenal adalah Mpu Sedah dalam karya Bharatayudha yang ditujukan sebagai persembahan kepada Prabu Jaya Baya diakhir pemerintahannya. Kisah Mahabharata ini mengilhami terciptanya beragam jenis kesenia daerah jawa seperti seni arsitektur yang terlihat pada candi, seni tari seni lukis, dan pertunjukan. Sumber-sumber Mahabharata diera kerajaan Jawa kuno banyak ditulis di daun lontar yang berisi tentang filosofi-filosofi kehidupan sosio-budaya-politik masyarakat Jawa.





A.   ISI

Pertama kali Wayang Orang itu dipentaskan secara terbatas pada tahun 1760. Namun, barn pada pemerintahan Mangkunegara V pertunjukan Wayang Orang itu lebih memasyarakat, walaupun masih tetap terbatas dinikmati oleh kerabat keraton dan para pegawainya. Pemasyarakatan seni Wayang Orang hampir bersamaan waktunya dengan lahirnya drama tari Langendriyan. Pada masa pemerintahan Mangkunegara VII (1916 -1944) kesenian Wayang Orang mulai diperkenalkan pada masyarakat di luar tembok keraton. Usaha memasyarakatkan kesenian ini makin pesat ketika Sunan Paku Buwana X (1893-1939) memprakarsai pertunjukan Wayang Orang bagi masyarakat umum di Balekambang, Taman Sriwedari, dan di Pasar Malam yang diselenggarakan di alun-alun. Para pemainnya pun, bukan lagi hanya para abdi dalem, melainkan juga orang-orang di luar keraton yang berbakat menari.
Penyelenggaraan pertunjukan Wayang Orang secara komersial baru dimulai pada tahun 1922. Mulanya, dengan tujuan mengumpulkan dana bagi kongres kebudayaan. Kemudian pada tahun 1932, pertama kali Wayang Orang masuk dalam siaran radio, yaitu  Solosche Radio Vereeniging, yang mendapat sambutan hebat dari masyarakat.Wayang Orang juga menyebar ke Yogyakarta. Pada zaman pemerintahan Sultan Hamengku Buwana VII (1877 -1921) keraton Yogyakarta dua kali mempergelarkan pementasan Wayang Orang untuk tontonan kerabat keraton. Waktu itu lakonnya adalah Sri Suwela dan Pregiwa - Pregiwati. Wayang Orang di Yogyakarta ini disebut Wayang Wong Mataraman.
Pakaian para penari Wayang Orang pada awalnya masih amat sederhana, tidakjauh berbeda dengan pakaian adat keraton sehari-hari, hanya ditambah dengan selendang tari. Baru pada zaman Mangku­negara VI (1881-1896), penari Wayang Orang mengenakan irah-irahan terbuat dari kulit ditatah apik, kemudian disungging dengan perada.Sejalan dengan perkembangan Wayang Orang. terciptalah gerak-gerak tari baru yang diciptakan oleh para seniman pakar tari keraton. Gerak tari baru itu antara lain adalah sembahan, sabetan, lumaksono. ngombak banyu, dan srisig.
Karena ternyata kesenian Wayang Orang mendapat sambutan hangat dari masyarakat, bermun­culanlah berbagai perkumpulan Wayang Orang; mula-mula dengan status amatir, kemudian menjadi profesional. Perkumpulan Wayang orang yang cukup tua dan terkenal, di antaranya Wayang Orang (WO) Sriwedari di Surakarta dan WO Ngesti Pandawa di Semarang. Wayang Orang Sriwedari merupakan kelompok budaya komersial yang pertama dalam bidang seni Wayang Orang. Didirikan tahun 1911, per­kumpulan Wayang Orang ini mengadakan pentas: secara tetap di `kebon raja' yakni taman hiburan umum milik Keraton Kasunanan Surakarta.




Patut juga dicatat, peranan masyarakat keturunan Cina di Surakarta dan Malang yang aktif mengem­bangkan kesenian Wayang Orang. Mereka bergabung dalam perkumpulan kesenian PMS (Perkumpulan Ma­syarakat Surakarta) yang secara berkala mengadakan latihan tari dan pada waktu-waktu tertentu mengadakan pementasan untuk pengumpulan dana dan amal. Perkembangan seni Wayang Orang di Surakarta lebih bersifat populer dibandingkan di Yogyakarta. Kreasi seniman Surakarta untuk melengkapi pakaian tari Wayang Orang, mengarah pada `glamour' dengan kemewahan tata panggung. Untuk pemeran tokoh wayang bambangan seperti Arjuna, Abimanyu, dan sejenisnya, digunakan penari wanita. Sedangkan di Yogyakarta tetap mempertahankan penari pria.
Di Jakarta, pada tahun 1960 - 1990, pernah pula berdiri beberapa perkumpulan Wayang Orang, di antaranya Sri Sabda Utama, Ngesti Budaya, Ngesti Pandawa, Cahya Kawedar, Adi Luhung, Ngesti Widada, Panca Murti, dan yang paling lama bertahan Bharata. Pentas seni Wayang Orang juga melahirkan seniman-seniman tari yang menonjol, antara lain Sastradirun, Rusman, Darsi, dan Surana dari Surakarta; Sastrasabda dan Nartasabda dari Semarang; Samsu dan Kies Slamet dari Jakarta. Unsur-Unsur Yang Ada Dalam Pertunjukan Wayang Orang.
1. Gedung
Gedung adalah tempat dimana wayang orang dipergelarkan.  Di dalam gedung terdapat alat dan sarana pendukung pertunjukan, seperti panggung dan pelengkapan lain seperti layar sebagai latar belakang untuk pergantian suasana.  Layar di sini berupa kain yang berukuran cukup besar yang ada lukisan yang menggambarkan suasana adegan yang berlangsung.  Lukisan ini biasanya berupa di dalam kraton/istana, jalan, hutan, sungai dan pemandangan yang lain.
2. Dalang
Dalang adalah orang yang memainkan boneka wayang.  Seorang dalang mempunyai kedudukan sentral dalam pertunjukan wayang.  Seorang dalang bertanggung jawab atas seluruh pergelaran yang sedang berlangsung, memimpin musik, membuat hidupnya pertunjukan, bertindak sebagai penyaji.
3. Gamelan Dan Pangrawit
Setiap penyajian wayang orang diperlukan iringan gamelan (musik).  Fungsi dari gamelan beserta pengrawitnya adalah untuk mengiringi dan mendukung suasana yang diinginkan.  Juga ritme gamelan (musik) berfungsi untuk mendukung suasana pertunjukan.
4. Sutradara
Sutradara dalam pertunjukan wayang adalah individu/personal yang mengarahkan dan mengkoordinasi segala unsur pertunjukan dengan paham, serta mempunyai kecakapan, sehingga mencapai suatu pertunjukan yang berhasil.
5. Gerak Tari
Gerak tari adalah tata laku gerak dalam tari.  Pada hakekatnya tari dalam pertujukan wayang orang adalah merupakan bagian keseluruhan pertunjukan wayang orang.  Tari yang digunakan di panggung wayang orang adalah tari tradisional klasik.  Tari wayang orang dibagi menjadi beberapa larakter, yaitu tari putri luruh, tari putri lanyap, tari putra luruh, tari putra lanyap, tari putra gagah dan gecul.  Ragam gerak tari yang disajikan adalah gerak baku, artinya telah ada patokannya, misalnya ; gajah-gajahan, golek iwak, bapang, ukel wutuh, besut, sabetan, lumaksana, kebyok kebyak sampur.

6. Busana
Busana adalah kostum yang berfungsi untuk menghidupkan perwatakan pelaku/tokoh wayang  yang dibawakan.  Artinya, sebelum dia berdialog, kustum yang dikenakan sudah menunjukkan siapa dia sebenarnya.
7. Rias
Tata rias dalam wayang orang, membuat wajah dan kepala sesuai dengan peran tokoh wayang yang dikehendaki.
8. Lampu Dan Suara
Pada masa lalu saat awal perkembangannya, pertunjukan tari tradisional hanya diberi penerangan dari api, yang bersumber dari minyak kelapa atau minyak tanah.  Untuk pengaturan suara menggunakan kenthongan.  Dalam perkembangan selanjutnya kemudian menggunakan penerangan lampu listrik serta menggunakan alat pengeras suara (sound system).  Semua alat berfungsi untuk membantu pertunjukan, baik untuk menerangi maupun mengatur suara dalam pertunjukan tari.  Penataan lampu sebenarnya bukan sekedar untuk penerangan semata, namun juga berfungsi untuk menciptakan suasana yang diinginkan, dan memberi daya hidup pertunjukan secara langsung, yaitu efek sinar lampu dapat memberi kontribusi pada suasana dramatik pertunjukan.  Dan secara tidak langsung memberi suasana/daya hidup pada busana penari dan perlengkapan lainnya.  Sedangkan penataan suara dapat dikatakan berhasil jika dapat menjadi jembatan komunikasi antara  pertunjukan dengan penonton, artinya penonton dapat mendengar dengan baik dan jelas tanpa gangguan apapun sehingga terasa nyaman menikmati pertunjukan tari.

Wayang adalah seni dekoratif yang merupakan ekspresi kebudayaan nasional. Disamping merupakan juga merupakan ekspresi kebudayaan nasional juga merupakan media pendidikan, media informasi dan media hiburan.
Wayang merupakan media pendidikan, karena ditinjau dari segi isinya, banyak memberikan ajaran-ajaran kepada manusia. Baik manusia sebagai individu atau manusia sebagai anggota masyarakat. Jadi wayang dalam media pendidikan terutama pendidikan budi pekerti, besar sekali gunanya. Oleh karena itu wayang perlu dilestarikan, dikembangkan, lebih-lebih wayang kulit Purwa.

Wayang menjadi media informasi, karena dari segi penampilannya, sangat komunikatif di dalam masyarakat. Dapat diapakai untuk memahami sesuatu tradisi, dapat diapakai sebagai alat untuk mengadakan pedekatan kepada masyarakat¸memberikan informasi mengenai masalah-masalah kehidupan dan segala seluk-baluknya.
Wayang sebagai media hiburan, karena wayang dipakai sebagai pertunjukan di dalam berbagai macam keperluan sebagai hiburan. Selain dihibur para peminat dibudayakan dan diperkaya secara spiritual.




Jelas wayang dapat dipakai sebagai sarana pendidikan terutama pendidikan mental, karena di dalamnya banyak tersirat unsure-unsur pendidikan mental dan watak.
Untuk membangun manusia seutuhnya, pembangunan mental adalah penting sekali. Oleh karena itu pengenalan nilai wayang, terutama wayang kulit Purwa yang banyak orang mengatakan bahwa wayang adalah kesenian klasih yang adiluhung, perlu digalakkan.
Lebih-lebih di sekolah-sekolah sebagai pusat kebudayaan dan pusat pumpunan generasi muda yang menjadi generasi penerus bangsa perlu dikenalkan, diresapkan dan ditanamkan.
Unsur-unsur pendidikan dalam wayang kulit Purwa mengenai hal-hal seperti ; masalah keadilan, kebenaran, kesehatan, kejujuran, kepahlawanan, kesusilaan, psikologi, filsafat dan berbagai problema watak manusiawi yang sukar diungkapkan atau dipecahkan.
Media pendidikan dalam wayang kulit Purwa tidak hanya terdapat pada cerita-ceritanya, cara pentas atau perkelirannya, instrument dan seni perdalangannya, tetapi juga pada perwujudan gambar wayang itu masing-masing. Wayang-wayang itu adalah gambaran watak-watak manusia. Digambarkan tidak kurang dari 200 watak manusia pada kurang lebih 200 macam gambar wayang kulit Purwa.

Sebagian besar dasar watak banyak dilukiskan pada wujud raut muka, yaitu pada posisi bentuk dan warnanya. Ada juga yang dilukiskan pada posisi ukuran tubuh dan bentuk tubuhnya.
Perwujudan raut muka yang mengekspresikan watak, terdapat pada bentuk-bentuk mata, hidung, mulut, warna roman muka, bagitu juga pada posisi sikap wajah; yaitu luruh, longok, dan langaknya. Sikap muka yang menunduk (luruh), melihat ke depan (longok) dan agak menengadah (langak), menggambarkan watak yang berbeda. Begitu juga wajah yang berwarna hitam, merah, putih dan biru pada raut mukanya. Dengan uraian di atas maka dalam kesenian wayang kulit Purwa perlu digalakkan dan dikembangkan akan pengenalan wayang kulit Purwa pada gambarnya, menatahnya dan menyunggingnya. Bentuk gambarnya yang ekspresif dekoratif, tatahan dan sunggingan yang ornamental perlu dikenali dan dikembangkan sesuai dengan irama jaman dan perkembangan teknologi modern seperti sekarang ini dengan berpangkal pada seni rupa nasional.




B.   PENUTUP

Pelestarian wayang orang harus tetap digalakkan, agar tidak hilang dalam diri masyarakat terutama yang berada diwilayah Surakarta. Bisa dilihat dari sejarahnya bahwa wayang orang merupakan budaya yang mendasar yang dimiki oleh orang berada dalam lingkup kraton. Pelestarian bisa dilakukan dengan cara tetap mengadakan pagelaran wayang orang setiap hari seperti yang dilakukan oleh seniman Wayang Orang yang berada diwilayah Sriwedari. Selain itu juga pemanfaatan tekonologi yang bisa menjadi sarana untuk memperomosikan kebudayaan wayang orang ini kepada masyarakat terutama generasi muda yang mulai tidak mengenal dan enggan untuk ikut andil dalam melestarikan kebudayaan ini. Banyaknya budaya baru yang membanjiri negara Indonesia inilah yang menjadi pemicu tergesernya rasa melestarikan di pribadi anak muda.

 Dalam pelestarian ini juga didukung oleh adanya antusias dari seluruh elemen masyarakat sehingga pertunjukan wayang orang tidak identik dengan dengan pertunjukan untuk orang tua. Sehingga wayang orang bisa dinikmati oleh semua kalangan, karena tema dari wayang orang itu sendiri tidak monoton dan juga bisa mengikuti perkembangan jaman.

Dalam pelestarian Wayang Orang ini harus ada keterlibatan dan kontribusi dari seluruh elemen masyarakat Surakarta itu sendiri, karena dengan begitu akan menimbulkan semangat bagi para pemain Wayang Orang dan Penonton yang tetap bertahan untuk ikut andil dalam melestarikan kebudayaan yang sudah mulai terkikis oleh kebudayaan yang bisa dikatakan lebih modern. Selain itu perlu adanya sosialisasi besar-besaran dan rutin agar generasi muda lebih memahami pentingnya kebudayaan Wayang agar tidak hilang dan diakui oleh bangsa lain. Dengan begitu maka Wayang Orang Surakarta tetap ada dan dilestarikan melalui Pagelaran seni di Gedung Wayang Orang Sriwedari. 



C.   DAFTAR PUSTAKA

Sumber Internet :

https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=asal+usul+wayang+orang
https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=sumber+cerita+wayang+orang
https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=sejarah+perkembangan+wayang+orang
https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=perangkat+yang+digunakan+wayang+orang
https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=fungsi+wayang+orang
https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=keadaan+pertunjukkan+wayang+orang+saat+ini

https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=cara+melestarikan+wayang+orang

1 comment:

  1. situs resmi taruhan judi adu ayam bangkok jago terpercaya
    dapatkan bonus menarik dari agen bolavita
    Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
    WA: +628122222995

    ReplyDelete